Halaman

Selasa, 15 Mei 2012

Memaknai kata

Terakhir kali saya melakukan ini, saya duduk di kelas 3 SMP. Seorang guru pelajaran bahasa indonesia, ibu Darsini namanya, selalu melempar kata-kata baru ke dalam kelas. Ia adlaah salah seorang guru yang sebal dengan para murid yang lebih sering mempelajari "vocabulary" baru, ketimbang "kosakata" baru. Intinya setiap ada pemberitaan yang tengah ngetren saat itu, pasti sebuah kata baru akan dilempar ke kelas, dan setiap siswa mendapat giliran untuk mengartikan dan membuat sebuah kalimat baru menurut versinya sendiri.

Salah satu contoh adalah kata teroris. Untuk anak sekolah menengah yang masih minim mengartikan teroris pada masa itu, kata tersebut menjadi asing dan sulit dicerna. Walaupun, sejumlah teman akhirnya berhasil membuat kalimat dari kata tersebut secara sederhana. Kata lainnya yang dicontohkan oleh Ibu Darsini adalah kalis. Kata yang biasa diasosiasikan dengan adonan makanan, tapi punya arti yang sepadan dengan kata kebal, terhdap penyakit, dan mengkilat, apabila terkena air.

Nah, belakangan ini, saya sendiri terngiang sebuah kata yang cukup asing. Konstelasi. jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia maka kata tersebut dijelaskan sebagai berikut:


kon·ste·la·si /konstélasi/ n 1 kumpulan orang, sifat, atau benda yg berhubungan; 2 keadaan, tatanan: -- politik di Eropa; 3 bangun; bentuk; susunan; kaitan; 4 gambaran; keadaan yg dibayangkan: dl negara demokratis, pemerintah sedapat mungkin mencerminkan -- kekuatan yg ada dl masyarakat


Selanjutnya, saya akan membuat satu kalimat utuh yang memuat kata tersebut. Selain agar bisa secara langsung paham dengan penggunaan kata tersebut, saya sekarang bisa mengerti bahwa Bu Darsini telah mengajarkan muridnya untuk bisa mencintai bahasa semudah kita bisa memaknai kata dan memakainya.



Howard Schultz, pernah berkata bahwa keunggulan Starbucks dalam menjual kopi kepada pelanggan adalah membangun kedekatan tersendiri antara kopi, pelanggan, dan tempat yang mereka kunjungi. Baginya, interaksi ketiga hal tersebut membangun sebuah konstelasi tersendiri yang ia sebut "Starbucks experience".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar