Rasyid sangat menyukai tayangan animasi di televisi, ia bersandar di sofa sedari pagi. "Kak, ayo sarapan dulu, keburu dingin nasi gorengnya" teriak sang ibu dari ruang makan. "Nanti aja ma, rasyid nggak laper". Sang ibu tak kuasa memaksa sang anak, ia nampak asyik tertawa dan bahkan sesekali berseru ketika tokoh animasi kesukaannya beraksi. Ia tetap asyik menonton televisi hingga hari mulai beranjak siang. Ketika sudah bosan menonton televisi, kini Rasyid beralih memainkan mesin gim miliknya.
Selepas asyik bermain, Rasyid tertidur sembari memeluk mesin gim yang tadi ia mainkan. Disaat yang bersamaan, Ayah dan Ibunya sedang bersiap untuk berangkat menghadiri acara resepsi pernikahan tetangga mereka. Karena melihat anaknya tertidur di sofa, sang Ibu pun tak merasa khawatir dan hanya mengunci pintu depan rumah.
Beberapa saat setelah kedua orangtuanya meninggalkan rumah, Rasyid terbangun. Ia tak bisa bangkit dari sofa, perutnya terasa perih. Seketika pula, Rasyid memanggil ayah dan ibu nya, namun ia tak mendapat jawaban. Sembari menahan sakit, badan kecilnya berusaha bergerak. Ia menurunkan kakinya ke lantai, melangkah pelan, ia mencari keberadaan orang tuanya. "Ma, Pa, dimana? perut Rasyid sakit, perih...", ia memanggil ayah dan ibunya tetap tak ada jawaban.
Ia menyerah, kali ini ia kembali ke sofa dan merebahkan diri, sembari memegangi perutnya yang terasa perih. "Nak, Rasyid? kenapa kamu nak?" tanya sang Ibu penuh cemas. "Sakit ma, perut aku perih" jawabnya lirih. "Nah kan, sekarang baru kerasa sakitnya" tukas sang Ayah. "Ya sudah, mama bikinkan teh hangat dulu,". Ayah kemudian menghampiri Rasyid yang nampak lemas, "Tadi pagi nggak sarapan kan syid?". "Nggak pa, males, abis kartunnya nggak bisa ditinggal". Ayahnya pun hanya tersenyum, sembari membantu Ibu memberi minum Rasyid segelas teh hangat.
"Kamu sepertinya kena maag syid, itu penyakit lambung nak, kalo kamu menunda makan dari pagi sampai sore, ya beginilah jadinya" jelas sang Ayah. Rasyid hanya sanggup menganggukkan kepala menjawab kalimat ayahnya. Sejurus kemudian, ia telah berada di meja makan. Sepiring nasi dengan lauk ayam goreng lahap ia makan, perlahan ia pulih. "Lain kali kalo disuruh mama sarapan, Rasyid nurut ya, boleh nonton kartun tapi jangan lupa sarapan" nasihat sang Ayah. Rasyid kembali mengangguk, kali ini ia tak mampu mengeluarkan kata karena mulutnya tengah asyik mengunyah ayam goreng buatan Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar